Ngebolang Di Unair Kampus C

Minggu pagi yang cerah, sayang kalau dilewatkan begitu saja apalagi hari terakhir ini langit Surabaya diguyuri rahmat berupa hujan. Tanpa direncakan sebelumnya, entah kenapa aku ingin jalan-jalan keluar menikmati segarnya udara pagi dan tempat yang ingin aku tuju adalah kampus tetangga tepatnya UNAIR Kampus C jaraknya sekitar 2 km atau 20 menit jalan kaki dari kontrakan. Mungkin ini salah satu cara ku untuk menghilangkan kebiasaan buruk yaitu melanjutkan tidur setelah shubuh. Benar-benar kebiasaan buruk jangan ditiru apalagi dipraktekkan.

Setelah membasuh muka, memakai celana training dan bersandal jepit maka petualangan kecil itu pun dimulai. Langit Surabaya memang cerah, dari arah timur nampak langit berwarna orange kemerahan. Sang fajar tidak lama lagi akan menampakkan rupanya. Udara pagi berhembus lembut memenuhi rongga paru-paru ku dan secara perlahan-lahan aku keluarkan melalui mulut. Suatu anugerah aku masih bisa bernafas dan melangkah kaki, untuk membalasnya tidak lain dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, serta lebih lebih dan lebih taat beribadah kepada-Nya.

Aktifitas di pagi itu tidak terlalu ramai hanya terlihat ibu-ibu yang bergerombol di depan warung sekedar membeli sayur atau bahan pokok lainnya. Di sisi lain warung cankruan masih terlihat beberapa mahasiwa jika dilihat dari mukanya merupakan hasil begadang nonton bola atau main kartu remi semalam suntuk. Aku harus mempercepat langkah kaki ku, karena sang fajar sudah mulai menyinari kulitku dan masih ada separuh perjalanan lagi untuk mencapai tujuan.

Kota Surabaya adalah kota metropolitan, mall-mall besar berdiri megah di kota ini. Termasuk juga Galaxy Mall Surabaya yang aku lewati tadi. Luas nya Galaxy Mall memang tidak lebih luas dari kampus ku tapi lebih besar dan SMA ku atau barangkali SMA yang pernah aku kunjungi. Aku pernah menginjakkan kaki ke mall tersebut itu pun karena ada pameran elektronik. Hasilnya aku berniat untuk tidak masuk lagi ke mall tersebut, apalagi lagi kalau bukan mengalami shock culture, aku rasa orang dheso seperti ku tidak sepatutnya berada di tempat para pemakai hotpans bisa bebas berkeliaran (ini yang membuat ku bingung, bangunan itu sebuah Mall atau sekaligus tempat prostitusi legal) dan alasan utamanya isi kantong ku tidak cocok dibuat jajanan di Mall, segelas kopi dengan icon gambar wanita yang rambutnya terurai dan diatasnya ada sebuah bintang harganya saja mencapai 50 ribu rupiah. Jam sepagi ini, mall tersebut tentu belum buka tapi sudah ramai dengan orang-orang yang senam fitnes dipandu oleh seorang wanita sebagai intruktur senam. Mayoritas para pesenam itu bermata sipit dan dengan antusiasnya mengikuti gerakan sang instruktur senam. Hanya saja aku tidak tahu apakah mereka memang dari awal semangat untuk senam atau semangatnya membuncah setelah melihat body sang instruktur dengan baju ketatnya. Ah sudahlah aku tinggalkan saja mereka dengan pikirannya masing-masing.

Kampus tujuan ku sudah mulai kelihatan dan nampak sekali kampus itu ramai dipadati orang-orang yang sedang berolahraga mulai gerakan ringan untuk memanaskan tubuh, lari-lari kecil, bermain badminton, atau lansia yang berjalan di tumpukan batu. Aku lupa kalau Unair Kampus C tergolong kampus kaum ‘hawa’ dengan terdiri dari fakultas kesehatan masyarakat, keperawatan, sains dan teknologi, kedokteran hewan, perikanan dan kelautan, maka kampus C tampaknya didominasi oleh mahasiswi dan faktanya orang-orang yang jumpai di kampus tersebut dominan wanita yang masih ‘seger-seger’. Aku sudah jauh-jauh datang kesini, setidaknya biarkan aku menikmati danau kecilnya.

Tidak rugi aku pagi-pagi menggerakkan kaki sejauh 2 km ke kampus ini, dengan rumput hijau yang rata seperti rumput lapangan golf dan tentu daya tarik utama adalah danaunya. Untuk mengitari danau paling tidak membutuhkan 5 menit jalan kaki tapi untungnya ada jembatan penghubung di tengahnya. Di pinggir danau terlihat pasang muda-mudi yang menjulurkan kaki nya ke pinggir danau, mungkin mereka ingin merasakan sensasi ‘spa ikan’. Di pinggir danau lainnya seorang anak membagikan sepotong roti seukuran dadu yang ditabur di pinggir danau. Ingin sekali membantu anak itu menghabiskan rotinya, bukan untuk jadi santapan ikan tapi jadi sarapanku. Sebelum niat licik itu kambuh lagi, sebaiknya aku meneruskan kaki menuju jembatan menyebrangi danau.

Tengah danau terlihat sekawan angsa (atau bebek entahlah) dan yang membuat ku takjub adalah ikan di danau ini tergolong ‘super’, sepertinya jenis ikan mas koki ada yang berwarna orange kekuningan dan gelap, yang berwarna orange ini ukurannya super jumbo dan jumlahnya pun cukup banyak. Kalau aku pancing satu ikan pun mungkin tidak ada orang yang menyadarinya, tapi ku urungkan niat ku itu. Barangkali ikan di danau adalah hasil uji coba praktikum bahan kimia dari universitas sehingga ikan-ikan dapat berukuran super. Bisa jadi bagi yang mengkonsumsinya terkena bahan-bahan kimia dan berubah wujud menjadi makhluk ijo semacam Hulk yang suka ngomomg, “Jangan sampai membuatku marah.. Arrh!!”




(danau di Unair Kampus C)

Keindahan danau, hamparan rumput hijau, ikan mas koki super, dan roti, sepertinya aku first love dengan kampus ini. Bagaimana dengan kampus tempat aku kuliah? Sebenarnya tidak kalah indahnya apalagi kampus ku tergolong percontohan eco campus. Barangkali karena image kampus ku sebagai kampus teknik, terkesan di kampus adanya cuman oli, mesin, mahasiswa dengan penampilannya njelimet sehabis praktikum atau benda-benda berbau teknik lainnya sehingga di minggu pagi tidak seramai kampus C.

Sang fajar sudah menampakkan mukanya dan perut ku tidak bisa diajak kompromi lagi, saatnya aku kembali. Berkunjung ke tempat yang sama sekali baru kita datangi sepertinya menjadi petualangan tersendiri, tidak ada salahnya jika aku berkunjung ke kampus lain atau mengunjungi kampus C ini lagi, tentu kedepannya dengan membawa roti, bukan untuk ikan tapi buatku… []dnk

7 thoughts on “Ngebolang Di Unair Kampus C

Leave a comment